Monday, December 29, 2014

PENDEKATAN KEWILAYAHAN MENGANALISIS INTERAKSI ANTAR DESA

1.1  Latar Belakang

Mempelajari pendekatan kewilayahan serta menganalisi interaksi antar desa untuk mengetahui seberapa besar interaksi tersebut,maka akan membahas tentang interaksi antar desa, desa tersebut yaitu: Desa Karangbong, Desa Keboansikep, Desa Keboananom.
            Desa Keboananom dan Desa Keboansikep letaknya saling berdekatan, sedangkan Desa Karangbong agak berjauhan. Akan tetapi desa ketiga tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, karena mempunyai jalan alternatif dan mudah terjangkau dari Surabaya. Disini akan mencari satu desa yang mana interaksinya paling berdominan dari desa yang kainnya. Selain itu akan dijabarkan tentan sejarah dari Desa karangbong dan Desa keboansikep.

1.2  Rumusan Masalah         
            1. Bagaimana terjadinya Sejarah Desa Karangbong?                        
            2. Bagaimana terjadinya Sejarah Desa Keboansikep?
            3. Desa mana interaksinya paling besar?

            4. Dari desa mana yang jumlah pendiduknya paling besar?

BAB II
PEMBAHASAN



 Pendekatan Kewilayahan


Menganalisis antar Desa
2.1 Letak Geografis Desa Karangbong
A. Luas dan batas wilayah
Luas :
 a. Luas desa : 197.782 Ha


B. Batas wilayah
a. Utara : Desa Ganting
b. Selatan : Desa Banjar Kemantren
            c. Barat : Desa Kelopo X
d. Timur : Desa Tebel

 C. Jumlah penduduk
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin:
a. Laki-laki      : 2651 jiwa
b. Perempuan  : 2714 jiwa
     Jumlah        : 5365 jiwa
c. Kepala Keluarga : 1392 jiwa

D. Jumlah Penduduk menurut Agama/Penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 a. Islam : 5312 jiwa                                                                                                                                              
 b. Kristen : 25 jiwa
 c. Katolik : 28 jiwa





2.2 SEJARAH DESA KARANGBONG
. Sejarah Desa Karangbong
 Asal-usul babat alas desa Karangbong yaitu Mbah Sayid Mahmud asal dari pasukan Mataram. Beliau mempunyai lima saudara, yaitu Kyai Mas’ud (Pagar Wojo), Garnawi (Sukodono-Ngares), Mbah Ragil (meninggal di Kepetingan) dan yang satunya di Tulangan namanya tidak diketahui. Karangbong dari istilah ”Karangan di obong” yang mana di dalam karangan tersebut terdapat gembong (yang dahulu nama dari Macan yang sudah besar) karena Mbah Mahmud menemukan daerah ini dalam keadaan yang berupa alas yang di dalamnya terdapat banyak gembong (macan yang sudah besar) sehingga Mbah Mahmud membakar dan memberikan nama desa ini desa Karangbong. Sedangkan yang dinamakan jalan Surowongso karena Mbah Mahmud mempunyai keturunan yang bernama Surowongso maka nama tersebut dijadikan untuk jalan. Adapun keturunan dari babat alas sebagai berikut:
Surowongso

  • H. Abdul Karim

  • H. Abdul Adhim

  • H. Imam Sya’roni

  • H. Ifon Robert (Kepala Desa sekarang)




2.3 Letak Geografis Desa Keboansikep
A. Luas Wilayah (km 2) : 2;25
B. Jumlah Penduduk Desa Keboansikep
            Jumlah Penduduk: 10993
C. Batas Wilayah
            a. Timur           : Desa Gedangan
            b. Utara           : Desa Bohar
            c. Barat            : Desa Keboananom
            d. Selatan        : Desa Seruni


2.4 SEJARAH DESA KEBOANSIKEP

 Pada Tahun 1850, pasukan Diponegoro datang di daerah hutan wilayah kota Sidoarjo. Pasukan itu di bawah pimpinan Buyut Endang dan Mbah Jogoreso. Mereka memutuskan untuk menetap di sana dan mulai menebangi pohon yang ada di hutan untuk dijadikan sebuah pemukiman. Mbah Jogoreso dan Buyut Endang itu tidak lain adalah tokoh yang sangat berperan dalam munculnya atau berdirinya desa Keboansikep. Mereka adalah Mbah Jogoreso dan Buyut Endang yang telah menjadi suami istri. Pada waktu itu Mbah Jogoreso dan Buyut Endang mencari wilayah yang untuk dibangun rumah sebagai tempat tinggal demi kelangsungan hidupnya. Tidak lama kemudian mereka menemukan tempat yang dianggap sesuai untuk dijadikan pemukiman tempat tinggal. Dengan semangat dan kegigihannya, Mbah Jogoreso, Buyut Endang serta para prajuritnya berusaha menjadikan hutan itu menjadi tempat yang berguna demi kelangsungan hidupnya dengan cara menebang (membabad) hutan tersebut. Dengan semangat, kesabaran, kegigihan yang diajarkan Mbah Jogoreso serta Buyut Endang kepada para prajuritnya yang membatunya, sedikit demi sedikit hutan itu berhasil dijadikan ladang yang dibangun rumah serta tempat untuk ditanami tanaman yang bermanfaat demi kehidupan sehari-hari.

Setelah Mbah Jogoreso, Buyut Endang beserta para pasukan yang membantu dalam pembabatan hutan itu memiliki tempat tinggal yang layak, dalam benak Mbah Jogoreso pernah terlintas fikiran bahwa setiap manusia yang hidup pasti memiliki keturunan atau generasi. Pada akhirnya keturunan itu juga akan menambah jumlah manusia yang hidup di tempat itu. Apakah akan cukup wilayah yang kecil itu, bila jumlah manusianya terus bertambah ?. Akhirnya Mbah Jogoreso merundingkan hal ini dengan para prajurit yang membatunya tadi, kemudian muncul kesepakatan untuk melanjutkan penebangan atau pembabatan hutan supaya menjadi lebih luas wilayah untuk pemukiman demi kehidupan keturunannya kelak.

Sebelum melakukan kegiatan pembabatan hutan ada pembagian tugas yaitu perbedaan tempat atau wilayah yang akan dibabad (tebang). Dalam hal ini Mbah Jogoreso dan Buyut Endang selalu bersamaan untuk penbabatan hutan itu dan berpisah dari para prajurit lainnya. Pada saat Mbah Jogoreso dan Buyut Endang melakukan pekerjaan itu, tiba-tiba mereka berdua menemukan sebuah sungai yang tidak terlalu besar atau lebar. Di sebelah sungai tersebut masih terdapat hutan belantara yang menurut Mbah Jogoreso harus juga dibabad dan dijadikan pemukiman. Meraka berdua bergandengan tangan dalam melewati sungai itu, awal mulanya mereka mengira bahwa sungai itu tidak terlalu dalam. Tetapi angan-angan difikiran mereka tidak sesuai dengan dugaannya. Karena ketika mereka mulai melewati sesamapai di tengah sungai, ternyata sungai itu dangkal. Akibat faktor arus yang yang deras, akhirnya Mbah Jogoreso serta Buyut Endang terhanyut di sungai itu. Tidak lama kemudian setelah penduduk dan para pengikutnya yang sudah selesai membabad hutan, mereka tidak satupun yang melihat Mbah Jogoreso beserta Buyut Endang. Sejumlah penduduk merasa cemas dan kebingungan karena seharusnya mereka berdua sudah kembali ke pemukimannya. Tapi ada seorang dari warga itu memiliki ide untuk mencari Mbah Jogoreso serta Buyut Endang dengan menelusuri daerah yang telah menjadi babatannya. Akhirnya para penduduk setuju dan dimulailah pencarian itu. Langkah demi langkah mereka menelusuri tempat yang sudah dibabat Mbah Jogoreso dan Buyut Endang. Sesampai wilayah terakhir yang dibabat tadi, para warga melihat ada sebuah sungai. Kemudian mereka berhenti dan berfikir apakah mungkin Mbah Jogoreso dan Buyut Endang melakukan pembabatan hutan sampai hutan yang berada di sebelah sungai. Akan tetapi tidak sedikitpun tampak hasilnya. Dari sinilah mereka mulai sadar, apakah mungkin Mbah Jogoreso dan Buyut Endang mengalami kegagalan dalam melewati sungai ! Akhirnya para warga sepakat untuk mencari mereka berdua dengan berjalan di tepi sungai mengikuti arus sungai tersebut. Tidak lama kemudian salah seorang warga melihat Buyut Endang terdampar di tepi sungai dekat dengan sebuah batu besar. Setelah dilihat kondisinya, ternyata Buyut Endang telah meninggal. Akan tetapi para penduduk masih terlihat kebingungan dan gelisah karena Mbah Jogoreso belum juga ditemukan. Ketika berjalan beberapa meter tidak jauh dari tempat ditemukannya Buyut Endang, para warga juga menemukan Mbah Jogoreso dalam kondisi tersangkut di pohon besar yang tumbang ke sungai. Setalah diperiksa ternyata Mbah jogoreso juga sudah meninggal. Perasaan sedih menyelimuti hati para pasukannya atau penduduk yang senasib seperjuangan dalam mencari wilayah untuk tempat tinggal. Akhirnya para penduduk setuju dan memutuskan bahwa Mbah Jogoreso dan Buyut Endang dimakamkan di tempat dekat mereka masing-masing ditemukan saat terdampar di sungai. Sehingga letak makam Buyut Endang dan mbah Jogoreso tidak bersebelahan, akan tetapi berdasar ditemukannya saat mereka berdua terdampar. Jadi makam Buyut Endang di sebelah barat sedangkan Mbah Jogoreso di sebelah timur (di hutan dekat sungai saat mereka terdampar). Samapai sekarang makamnya masih ada dan sungai itu sudah menjadi desa. Setelah meninggalnya Mbah Jogoreso dan Buyut Endang, para penduduk berjanji akan meneruskan cita-cita mereka berdua yaitu menebang (membabat) hutan untuk dijadikan pemukiman atau desa. Mereka berbagi tugas untuk meneruskan cita-cita tersebut dan sepakat mengawali pembabatan hutan itu yang peratama dimulai dari wilayah yang dekat makam Mbah Jogoreso dan Buyut Endang.

Setelah beberapa tahun kemudian dengan bertambahnya jumlah warga yang juga memiliki kepandaian, akhirnya hutan belantara berubah menjadi pemukiman atau sebuah desa. Bahkan sungai yang menghanyutkan Mbah Jogoreso beserta Buyut Endang pada saat mengalami kekeringan, oleh warga diratakan dengan tanah dan menjadi tempat tinggal pula. Akan tetapi desa yang sudah dihuni banyak penduduk itu belum memiliki nama. Sampai masa sebelum G30/SPKI di desa itu ada seorang warga menemukan sebuah benda yang berbentuk persegi ukurannya kecil di kebun dekat langgar, yang sekarang menjadi masjid dan diberi nama masjid Jami’ Al-Mubarok. Kebun tempat ditemukan persegi (kotak) itu dulunya milik warga setempat yang bernama Mbah Yem, setelah kotak kecil ditemukan oleh seorang warga kemudian dibukalah kotak tersebut. Kotak itu berisi baju berwarna putih atau orang dahulu menyebutnya kelambi putih. Ahkirnya seorang warga yang menemukan baju putih tadi mengadakan pengumuman, siapa yang merasa memiliki baju (kelambi) putih ini ? warga masyarakat memberikan pernyataan bahwa tidak ada seorangpun yang mempunyai baju putih tersebut. Lalu dikemudian hari kotak kecil yang berisi baju putih itu diserahkan pada pemerintah Sidoarjo dan disimpan dalam museum. Setelah waktu 1 minggu salah seorang warga mengambil kotak tersebut dan disimpan di rumah seorang warga yang menjadi sesepuh desa tersebut. Baju (kelambi) putih itu oleh seorang warga dicoba untuk dibakar akan tetapi tidak bisa terbakar sedangkan pada saat dicuci juga tidak basah. Akhirnya baju putih itu disampan oleh seorang warga dan diabadikan sebagai benda sakral atau keramat. Karena baju putih yang ditemukan dalam kotak pada sebuah “kebun” dan kegunaannya sebagai penutup tubuh “sikepi/nyikepi awak” maka pada akhirnya masyarakat sepakat menggunakan istilah tersebut untuk nama desanya, yaitu Kebunsikep. Ketika pada saat ditinggal Mbah Jogoreso dan Buyut Endang desa itu belum memiliki sebuah nama. Dianggap kurang enak didengar maka warga mengganti “Kebunsikep” menjadi “Keboansikep”.
Dengan kondisi masyarakat yang sudah modern, demi kepentingan sebuah desa maka dibentuklah kepala desa beserta perangkat desa. Selain itu wilayah desa Keboansikep dibagi mejadi 3 dusun yaitu : dusun Congkop, dusun Calukan dan dusun Sikep. Desa Keboansikep ini berbatasan langsung, sebelah timur berbatasan dengan desa Gedangan, sebelah utara berbatasan dengan desa Bohar, sebelah barat berbatasan dengan desa Keboananom, dan disebelah selatan berbatasan dengan desa Seruni.











2.5 Letak Georafis Desa Keboananom
A. Luas Wilayah (km 2)          : 1,3
B. Jumlah Penduduk Desa kebonanom:
            Jumlah penduduk        : 8096
C. Batas Wilayah
            Timur               : Desa Ganting
            Barat               : Desa Seruni
Utara               : Desa Keboansikep
Selatan                        : Desa Karangbong

2.6 Interaksi Antar Tiga Desa
Desa Keboananom
 
Desa Kebansikep
 
Desa karangbong
 
 














Misalnya:
A: Desa Keboananom
B: Desa Keboansikep
C: Desa Karangbong








Rumus Interaksi:
 





                                          
Keterangan:
       F    = Interaksi
       M1 = Jumlah penduduk diwilayah 1
       M2 = Jumlah penduduk diwilayah 2
       r2   = Jarak

  • Interaksi antara Desa A dan B

                        8096 .  10993
   F  =
                             32 km
                       88999328
        =       
                9 km           
      
       =    9.888.814,2

  • Interaksi antara Desa B dan C

                   10993 . 5365
   F  =
                        402 km
                   58977445
        =       
            1600 km
      
       =     36.860.9










  • Interaksi antara Desa C dan A

                        5365 . 8096
   F  =
                        202  km
                       

43435040
        =       
            400 km
      
       =     108.587,6

            Interaksi antar desa tersebut yang paling banyak jumlahnya yaitu interaksi Desa Keboananom dan Desa Keboansikepyang jumlahnya mencapai 9.888.814,2




  • Faktor yang mempengaruhi interaksi ke Desa Keboansikep
    1. Dilokasi desa keboansikep terdapat pabrik industri,
    2. Pertokoan
    3. Perdagangan
    4. Pasar
    5. Sekolah
    6. Perumahan
    7. Letaknya stratekis, kendaran tranfortasi mudah terjangkau
    8. Kendaran tranfortasi mudah terjangkau
    9. Pertambangan
    10. Pertanian
    11. Warnet
    12. Foto copy
    13. Warkop
    14. Masjid/ Mushola
    15. Dan dilaksanakan rutinan yasinan serta pengajian.






BAB III
SIMPULAN



Simpulan :

            Bahwa interaksi dari ketiga desa tersebut yang paling besar adalah Desa Keboananom dengan Desa Keboansikepyang jumlahnya mencapai 9.888.814,2.
Yang terbanyak kepadatan penduduknya yaitu Desa Keboansikep dibandimgkan deangan yang lainnya.  Desa Karangbong yaitu Mbah Sayid Mahmud asal dari pasukan Mataram, dan karangbong dari istilah ”Karangan di obong” sedangkan sebuah “kebun” dan kegunaannya sebagai penutup tubuh “sikepi/nyikepi awak” maka pada akhirnya masyarakat sepakat menggunakan istilah tersebut untuk nama desanya, yaitu Kebunsikep. Ketika pada saat ditinggal Mbah Jogoreso dan Buyut Endang desa itu belum memiliki sebuah nama. Dianggap kurang enak didengar maka warga mengganti “Kebunsikep” menjadi “Keboansikep”.

Yel-yel Kelas

Yel-yel kelas 4

Satu-satu kelas 4 sehat

Dua-dua kelas 4 hebat

Tiga-tiga kelas 4 kuat

Satu, dua, tiga kelas 4 pasti bisa

(nada lagu satu-satu)



PPL di SDN Lemahputro 1


Dokumentasi  kegiatan belajar mengajar







Makasih buat semuanya :D kecerianmu adalah kebahagianku, masa depanmu adalah penerus bangsa. karartermu adalah cerminan bangsa jadi, tetap semangat untuk meraih impian...

Tuesday, November 11, 2014

PROSEDUR PEMBELAJARAN

2.1 Kegiatan Pra Dan Awal Pembelajaran
Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas disebut kegiatan awal pembelajaran. Sementara itu, kegiatan yang tidak lansung berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas disebut kegiatan  pra-pembelajaran. Untuk lebih mengetahui perbedaan kedua jenis kegiatan tersebut, mari kita bahas satu per satu.

A.    KEGIATAN PRA PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru dapat mengkondisikan kegiatan belajr mengajar secara efektif. Kondisi belajar  tersebut harus dimulai dari tahap prapembelajaran atau disebut juga kegiatan  prainstruksional adalah kegiatan pendahuluan pembelajaran yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengikuti pelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan guru pada tahap prapembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1.        Menciptakan sikap dan suasana kelas yang menarik
Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Guru harus memperlihatkan sikap yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku, bahkan takut mengikuti pembelajaran. Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktifitas belajar dengan penuh percaya diri tanpa ada tekanan  yang dapat menghambat kreativitasnya.
2.        Memeriksa kehadiran siswa
Kegiatan yang biasa dilakukan guru pada jam pertama pembelajaran adalah mengecek kehadiran siswa. Untuk menghemat waktu dalam mengecek kehadiran siswa, guru  dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa yang hadir tentang siswa yang tidak hadir dan alasan ketidakhadirannya.

3.        Menciptakan kesiapan belajar siswa
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan dan semangat siswa dalam belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas atau sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
b.      Menciptakan kondisi belajar untuk meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
c.       Menunjukkna minat dan penuh semangat yang tinggi dalam mengajar.
d.      Mengontrol (mengelola) seluruh aktivitas siswa mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.
e.       Menggunakan berbagai media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran dan minat siswa.
f.       Mengembangkan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.
4.        Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis guru harus membimbing siswa agar berani menjawab, berani bertanya, berani berpendapat atau berani mengeluarkan ide-ide, dan berani unjuk kerja (performance). Kegiatan yang dapat dilakukan guru pada kegiatan prapembelajaran diantaranya mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh siswa atau meminta siswa berpendapat atau mengeluarkan gagasan.

B.     KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pembelajran. Selain itu, kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatiaan siswa dalm mengikuti pembelajaran, memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang akan dilaksanakan dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dan materi yang akan dipelajari.


1.       Menimbulkan  motivasi dan perhatian siswa
Agar pikiran siswa terfokus  pada apa yang akan dibahas dalam pembelajaran, guru perlu menyiasatinya untuk menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi siswa pada pelajaran yang akan dilakukan. Dengan tumbuhnya motivasi pada siswa, proses pembelajaran akan berlangsung lebih mudah.
2.       Memberi acuan
Kaitan dengan  Kegiatan awal pembelajaran  yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.         Memberitahukan tujuan (kemampuan) yangan diharapakan atau garis besar materi yang akan dipelajari
b.        Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
3.       Membuatan kaitan
Siswa akan tertarik terhadap pelajaran yang diberikan apabila mereka melihat kaitan  atau hubungan dengan apa yang telah dikenal atau sesuai dengan  pengalaman mereka terdahulu atau sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Berikut ini beberapa cara di antaranya yang dapat dilakukan guru dalam membuat kaitan.
a.       Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
b.      Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari
c.       Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yanga akan dibahas.
4.       Melaksanakan tes awal
Hal ini perlu dilakukan karena kita menyadari bahwa guru bukan  merupakan satu-satunya sumber belajar. Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana materi atau  bahan  pelajaran yang sudah dikuasai oleh siswa. Tes awal bias dilakukan dengan cara lisan yang ditunjukkan pada beberapa siswa yang dianggap representative (mewakili) seluruh siswa.

2.2 Kegitan Inti Dalam Pembelajaran
Pada prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi watu tertentu. Kegiatan ini akan menggambarkan  penggunaan strategi  dan  pendekatan belajar yang digunakan guru dalam  proses pembelajaran, karena pada hakikatnya kegiatan inti pembelajaran  merupakan  implementasi strategi dan pendekatan belajar. Berikut ini kegiatan inti yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut:

A.        PEMBAHASAN MATERI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN KLASIKAL
Alternatif metode yang sering digunakan dalam pembelajaran klasikal adalah metode ceramah dan Tanya jawab bervariasi atau metode lain yang dianggap sesuai  dengan karakteristik materi pembelajaran. Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran klasikal, guru harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran klasikal yang dilandasi oleh implementasi prinsip-prinsip pembelajarn klasikal.
1.      Prinsip-prinsip pembelajaran klasikal
Berikut ini prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran klasikal.
a.    Sistematis
b.   Perhatian dan aktivitas
c.    Media pembelajaran
d.   Latihan dan penggunaan.
2.      Kegiatan inti pembelajaran klasikal
Setelah melaksanakan kegiatan pendahuluan (pra dan awal pembelajaran), tahap selanjutnya yang perlu ditempuh dalam kegiatan inti pembelajarn klasikal. Untuk melihat prosedur klasikal secara utuh, dapat kita lihat diagram berikut.







Kegitan awal :
*       Memberitahukan tujuan / implementasi yang akan dicapai
*       Menyampaikan tahapan kegiatan

Kegiatan akhir

Kegiatan inti

*       Sistematis
*       Perhatian
*       Interaktif
*       Penggunaan media
*       Latihan atau tugas

Penyajian dan Tanya jawab

Asosiasi - ilustrasi

Kesimpulan

aplikasi
 




























B.        PEMBAHASAN MATERI PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARN KELOMPOK
Pembelajaran kelompok sering disebut dengan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Berdasarkan teori yang melandasi pembelajaran kelompok, siswa akan lebih mudah  menemukan dan  memahami konsep-konsep yang dianggap sulit sebelumnyamelalui belajar secara kelompok dan  bekerja sama. Dalam pelaksanaanya pembelajaran kelompok membutuhkan waktu yang relative banyak. Untuk itu guru perlu memperhatikan tentang alokasi waktu yang disediakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
1.      Prinsip-prinsip pembelajaran kelompok
Agar pembelajaran kelompok dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, guru hendaknya memperhatikan prinsip-perinsip sebagai berikut:
a.         Adanya topik dan permasalahan
b.        Pembentukan kelompok
c.         Kerja sama
d.        Perhatian
e.         Motivasi
f.         Sumber belajar dan fasilitas
g.        Latihan tugas
2.      Kegiatan inti dalam pembelajaran kelompok
Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran kelompokdiantaranya adalah metode diskusi. Metode ini membina siswa untuk belajar sevara sistematis berdasarkan prosedur yang harus ditempuh. Dalam pelaksanaannya metode ini perlu ditunjang oleh metode lain seperti ceramah dan Tanya jawab. Untuk lebih memperjelas uraian tentang prosedur pembelajaran kelompok, marilah kita ceramati diagram berikut :






Kegitan awal :
*       Memberitahukan tujuan / implementasi yang akan dicapai
*       Mengelompokkan siswa
*       Menjelaskan tahapan kegiatan
 

                                        



*       Penggunaan media
*       Motivasi
*       Perhatian
*       Interaktif
*       Bimbingan
*       kooperatif

Kegiatan inti

Perumusan topik/ maslah

Identifikasi masalah

Analisis masalah

Penyusunan laporan

Presentasi kelompok

Kegiatan akhir

Kesimpulan
 


























C.      PEMBAHASAN MATERI PELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PERSEORANGAN
Kegiatan pembelajaran perseorangan ditujukan untuk menampung kegiatan  pengayaan dan perbaikan (Depdikbud : 1990 : 39). Program pengayaan (enrichemnt) perlu diberikan pada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman sekelasnya. Pembelajaran perseorangan pada umumnya lebih banyak diterapkan dalam pemberian tugas atau latihan. Dalam pelaksanaannya, setelah menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan pengarahan tentang tahapan dan teknik belajar yang harus ditempuh oleh siswa.
Untuk lebih jelasnya, marilah kita lihat prosedur pembelajaran perseorangan pada diagram berikut

Kegitan awal :
*       Memberitahukan tujuan / implementasi yang akan dicapai
*       Mengelompokkan siswa
*       Menjelaskan tahapan kegiatan
 


                                        



Kegiatan akhir

Kesimpulan

Kegiatan inti

*       Penggunaan media
*       Motivasi
*       Perhatian
*       Interaktif
*       Bimbingan
*       kooperatif

Perumusan topic/ maslah

Identifikasi masalah

Analisis masalah
 















2.3  KEGITAN AKHIR DAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran dilakukan untuk menyakinkan guru terhadap penguasaan kompetensi oleh siswa dan upaya pematapan penguasaan kompetensi yang diharapkan. Dengan  memperhatikan tujuan kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran tersebut.

A.       KEGITAN AKHIR PEMBELAJARAN
Kegiatan akhir pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan yang menutup pelajaran. Yang lebih penting adalah untuk mengetahui penguasan siswa terhadap kompetensi yang diharapkan. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir adalah memberikan tes, baik lisan maupun tulis. Kegiatan tersebut berupa kegiatan meninjau kembali penguasaan siswa.
1.        Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa erhadap materi yang telah dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum (menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi pelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan membuat rangkuman/ ringkasan/ kesimpulan, hendaknya memperhatikan kreteria berikut:
a.       Berorientasi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar
b.      Singkat, jelas dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami
c.       Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik yang telah dibahas
d.      Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
2.        Melaksanakan penelitian
Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan mutlak yang harus dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Melalui kegiatan penilaian akhir guru akan mengetahui tercapai tidaknya kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Oleh karena itu guru perlu memilki kemampuan dalam menilai hasil belajar siswa.
Memberikan tes merupakan salah satu kegiatan akhir yang sering dilakukan guru. Untuk itu, guruperlu memiliki kemampuan mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan akhir dan tindak lanjut relatif singkat, maka guru perlu mengidentifikasi kegiatan teknik yang diangggap tepat untuk menilai penguasaaan siswa. Dalam prosesnya guru dapat melaksanakan penilaian secara lisan atau tertulis.

B.       MELAKSANAKAN KEGIATAN TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan atau melaksanakan penilaian), guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil tes, guru akan mengetahui ketercapaian tujun pembelajaran pleh siswa baik secara individual maupun kelas. Pada peinsipnya, kegiatan tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Berikut ini kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru untuk mengoptimalkan penguasaan siswa terhadpa kemampuan yang dihrapkan siswa.
1.        Memberikan tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah
2.        Membahas kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai oleh siswa
3.        Membaca materi pelajaran tertentu
4.        Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
5.        Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan dating.











BAB III
PENUTUP
SIMPULAN:
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya guru harus memiliki ketrampilan dalam prosedur pembelajaran antara lain dalam kegiatan pra dan awal pembelajaran, kegitan inti dalam pembelajaran dan  kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran.
Oleh karena itu, guru mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan dalam prosedur pembelajaran yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisien serta guru dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Mengingat pentingnya penguasaan guru terhadap kemampuan merancang dan  melaksanakan pembelajaran.












DAFTAR PUSTAKA

Udin,Winataputra, dkk.1997.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Universitas Terbuka
Anitah, Sri W, dkk.2009.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Universitas Terbuka
Udin.2008.Pengembangan Profesi Guru.Bandung:Alfabeta